Jumat, 20 Mei 2016

Anak Pekerja di Malaysia lolos SNMPTN 2016

Mimpi gadis ini nampak semakin terbuka ketika dinyatakan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Administrasi Negara di Universitas Negeri Makassar (UNM) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016. Dia adalah Nurul Ayuni yang lahir di Sabah Malaysia pada tahun 1999, dia tidak lahir di tanah air Indonesia karena kedua orangtuanya mancari nafkah dengan menjadi pekerja di Malaysia.
Ayuni tidak pernah menyangka dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas seperti sekarang ini, bahkan untuk bersekolah di tingkat sekolah dasar (SD) saja ketika itu merupakan sebuah hal yang mustahil. Sebagai pendatang di negeri orang, tentu Ayuni tidak dapat memperoleh hak yang sama seperti warga negera di negeri tersebut.  Termasuk salah satunya adalah hak untuk memperoleh pelayanan pendidikan, kelengkapan berkas yang tidak memenuhi syarat membuat Ayuni tidak dapat bersekolah di sekolah pemerintah di Sabah Malaysia, sedangkan untuk masuk ke sekolah swasta di Malaysia tentu pihak keluarga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Memutuskan untuk tidak bersekolah nampaknya adalah sebuah pilihan yang paling bijak pada saat itu.
Takdir berkata lain, Gadis yang lahir pada 3 Januari ini beruntung bertemu dengan Dadang Hermawan yang pada saat itu mengemban tugas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia untuk merintis fasilitas pelayanan pendidikan bagi anak-anak pekerja Indonesia di Malaysia. Hermawan tatkala itu memang ditugaskan untuk mencari anak-anak Tenaga Kerja Indonesia yang belum berkesempatan untuk bersekolah. Bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu, Hermawan sebagai kepala sekolah mulai mencari dan memotivasi anak-anak untuk bersekolah. Ayuni pun diterima dan berkesempatan belajar si Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).
  Sejak kecil Ayuni termasuk anak yang aktif dan pemberani, pada keikutsertaan yang pertama dalam lomba Puisi Ayuni berhasil meraih juara 3 pada ajang Apresiasi Kreasi Seni Sekolah Indonesia Luar Negeri (APKRES SILN) pada tahun 2009, hal itu merupakan sebuah hal yang membanggakan karena Ayuni berkompetisi juga dengan para anak diplomat dari Sekolah Indonesia Luar Negeri dari seluruh dunia.
Anak dari pasangan Mansyur Bin Hj. Syamsuddin dan Napisah Binti Japile ini bukan anak yang pemalu dan dapat dengan mudah bergaul dengan orang yang ditemuinya. Ayuni juga tergolong aktif, berbagai kegiatan di sekolah pun kerap diikutinya seperti menyanyi, dan berorganisasi. Gadis periang dengan moto hidup I always keep my day full of colour and love ini sebenarnya memiliki pengalaman pahit pada masa lalu nya, dia dan keluarga sempat dicemooh dan mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan terkait statusnya sebagai pekerja di Malaysia. Namun justru karena itu Ayuni semakin bersemangat untuk terus belajar dan belajar sehingga menjadi orang yang pintar dan berguna. Pesan Ibunda selalu terngiang dalam kepala Ayuni “Dengan pendidikan yang tinggi orang bisa lebih menghargai dan menghormati kamu”, pesan itu lah yang membuat Ayuni selalu bersemangat untuk belajar dan bersekolah.
Meski sejak lahir di Malaysia, gadis keturunan Bugis ini merasa sangat bangga akan Indonesia, ia sangat gembira jika mendengar berita-berita tentang Indonesia yang menjuarai berbagai macam kompetisi seperti olahraga dan kesenian. Jika ada tim Indonesia yang bertanding di Sabah Malaysia pun, Ayuni seringkali menyempatkan diri untuk menonton dan memberi dukungan untuk Indonesia. Ayuni juga beruntung pernah tampil menyanyi di Wisma Indonesia di Kota Kinabalu ketika KJRI Kota Kinabalu pada saat itu menyambut Tim Nasional Sepakbola Usia 16 tahun.
Gadis yang bercita-cita ingin keliling dunia ini mengatakan beruntung mempunyai guru-guru dan teman-teman yang hebat di SIKK. Teman-temannya merupakan figur yang memberi semangat karena mereka menorehkan prestasi membanggakan bagi Indonesia dengan keluar sebagai Juara dalam berbagai ajang Internasional salah satunya pada ajang Sabah International Folklore Festival (SIFF). Ayuni yang sangat menggemari mata pelajaran Matematika ini menjadi semakin percaya diri berkeinginan lebih lagi untuk mampu berprestasi. Salah satu prestasi membanggakannya adalah dinobatkan sebagai Juara 1 olimpiade Matematika pada Kompetisi Sains dan Seni Anak Indonesia di Malaysia pada 2016 di Kuala Lumpur.
Universitas Negeri Makassar (UNM) merupakan sebuah mimpi  dan tantangan baru baginya, meskipun begitu Ayuni tidak pernah gentar dan selau berkeinginan untuk terus belajar dan berusaha. Ayuni yang sempat bingung menggunakan mata uang rupiah ketika tiba di Indonesia 20 Mei yang lalu ini  juga berpesan pada adik-adik kelasnya (yang sekarang masih di Malaysia) untuk terus berjuang, “Bercita-cita dan berprestasi itu hak semua orang, juga termasuk hak kita”. (Rahmadi Diliawan - Guru Sekolah Indonesia Kota Kinabalu 2011-2015).






Anak Ladang Indonesia di Malaysia Melewati Perbatasan Negara dan Menyusuri Kepulauan Indonesia untuk Mendaftar Kuliah


Tiga tahun yang lalu mereka masih tinggal di perkebunan sawit dan dapat dikatakan belum mengenal dunia luar. Lorensius, Yeremia, Jufri, dan Felicity masih tinggal di sebuah perkebunan di daerah Tomanggong. Tempat yang biasa disebut dengan ladang Tomanggong ini dapat dikunjungi dengan cara menyusuri perkebunan sawit dari pusat kota Lahad Datu, Sabah-Malaysia. Untuk menuju lokasi harus ditempuh selama empat jam dengan menggunakan kendaraan sewa.
Alhamdulillah, mereka tetap dapat bersekolah walaupun tinggal di dalam perkebunan sawit. pemerintah Indonesia melalui Kemdikbud dan Kemlu mengadakan program Community Learning Center untuk anak-anak Indonesia yang tinggal di perkebunan sawit Malaysia. Setelah dinyatakan lulus tingkat SMP, setelah tahun 2013 mereka memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke Ibukota Sabah di Kota Kinabalu di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK). Untuk bersekolah mereka harus berpisah dengan orangtua dan hidup merantau ke kota. Mereka pun tinggal bersama guru selama mengenyam pendidikan SMA di Kota Kinabalu. Nuh Baehaque adalah salah seorang guru yang membina dan membimbing mereka selama di Kota Kinabalu, Baehaque juga merupakan guru mereka ketika belajar di pusat pembelajaran Tomanggong.
Semasa bersekolah di SMA Kota Kinabalu, mereka selalu bercerita dan saling bertanya tentang hal yang bernama kuliah, dan tentang ketidakmungkinan mereka melanjutkan pendidikan tinggi di Malaysia dikarenakan keterbatasan dokumen dan tentunya biaya.  Tak disangka, kini menjelang SBMPTN tepatnya hari  Jumat (20/5) keempat anak yang baru saja dinyatakan lulus dari SMA dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu ini “nekat” untuk pergi ke Indonesia dengan semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bandung dan Jogja adalah kota yang mereka pilih sebagai tempat untuk mengikuti SBMPTN. Untuk tiba di lokasi, mereka harus melaui perjalanan panjang dimulai dari perjalanan sejauh … km dari distrik Pantai Barat menuju distrik Tawau di ujung timur Malaysia. Untuk menuju Nunukan, Kalimantan Utara, Indonesia, mereka tidak bisa menggunakan perahu feri komersial, ketidaklengkapan dokumen adalah masalah utama mereka. Tak jarang mereka harus menghindari pihak berwajib untuk menghindari penangkapan. Mereka memutuskan untuk melewati perbatasan Malaysia-Indonesia dengan menggunakan sebuah perahu dengan menyusuri sungai kecil, melalui sungai ini mereka berhasi lolos masuk ke Indonesia. 

Setelah tiba di Nunukan, mereka harus menempuh perjalanan berikutnya menuju Tarakan. Setelah menempuh perjalan sekitar 4 jam , akhirnya mereka tiba di Bandara Juwata. Dikarenakan tidak ada penerbangan langsng menuju Jakarta pada saat itu, mereka mengambil pesawat dengan tujuan Banjarmasin baru kemudian menggunakan pesawat yang berbeda menuju Jakarta. Dari Jakarta mereka menggunakan travel car menuju ke Bandung.
Sebelum pengembaraan mereka menuju Indonesia dimulai, orangtua mereka harus mengumpulkan uang untuk membiayai perjalanan mereka yang dapat dikatakan tidak sedikit. Bukan hanya biaya perjalanan, biaya menginap dan keperluan sehari-hari mereka pun menjadi hal yang perlu dipersiapkan. Tiba di Bandung para putra-putri Indonesia keturunan Flores Timor ini bertemu dengan salah seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bernama Putri yang dahulu pernah melakukan Program Latihan Profesi (PLP) di SIKK. Putri membantu menolong untuk mencarikan tempat tinggal, hingga mereka menemukan kamar sewa, mereka sementara tinggal menumpang di salah satu kosan kamar tempat teman Putri.
Anak-anak ladang yang penuh semangat ini berupaya maksimal agar dapat melanjutkan pendidikan melalui jalur SBMPTN.  Putri juga mencarikan teman-temannya yang dapat membimbing mereka dengan pelajaran tambahan. Para orangtua juga berpesan pada mereka agar persiapan menjelang tes harus dilakukan sebaik-baiknya agar mimpi untuk belajar di tingkat Universitas dapat terwujud. Karena kemungkinan untuk kembali ke Malaysia sangatlah kecil, dengan posisi mereka yang pada saat ini tidak memiliki dokumen yang lengkap, sudah tentu keberangkatan ke negara Malaysia menjadi sebuah hal yang tidak mudah bahkan mustahil.
Beberapa siswa sudah bertanya tentang kemungkinan mereka untuk ikut bekerja sambilan di sekitar bandung. Tentu merupakan sebuah semangat luar biasa yang patut ditiru, pergi jauh melintasi perbatasan negara dan menyusuri pulau-pulau di Indonesia, jauh dari orang tua, tidak memiliki keluarga, tidak memiliki tempat tinggal untuk mengambi kesempatan agar dapat belajar di Universitas. Semoga semangat tinggi mereka dalam meraih pendidikan tinggi dapat mengantarkan mereka menjadi seorang yang hebat kelak, dan tentunya dapat menjadi inspirasi bagi seluruh pelajar di Indonesia agar terus bersemangat untuk bersekolah meski dengan sejumlah keterbatasan. (Rahmadi Diliawan/Ulfah Siti Sanita)