Jumat, 20 Mei 2016

Anak Ladang Indonesia di Malaysia Melewati Perbatasan Negara dan Menyusuri Kepulauan Indonesia untuk Mendaftar Kuliah


Tiga tahun yang lalu mereka masih tinggal di perkebunan sawit dan dapat dikatakan belum mengenal dunia luar. Lorensius, Yeremia, Jufri, dan Felicity masih tinggal di sebuah perkebunan di daerah Tomanggong. Tempat yang biasa disebut dengan ladang Tomanggong ini dapat dikunjungi dengan cara menyusuri perkebunan sawit dari pusat kota Lahad Datu, Sabah-Malaysia. Untuk menuju lokasi harus ditempuh selama empat jam dengan menggunakan kendaraan sewa.
Alhamdulillah, mereka tetap dapat bersekolah walaupun tinggal di dalam perkebunan sawit. pemerintah Indonesia melalui Kemdikbud dan Kemlu mengadakan program Community Learning Center untuk anak-anak Indonesia yang tinggal di perkebunan sawit Malaysia. Setelah dinyatakan lulus tingkat SMP, setelah tahun 2013 mereka memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke Ibukota Sabah di Kota Kinabalu di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK). Untuk bersekolah mereka harus berpisah dengan orangtua dan hidup merantau ke kota. Mereka pun tinggal bersama guru selama mengenyam pendidikan SMA di Kota Kinabalu. Nuh Baehaque adalah salah seorang guru yang membina dan membimbing mereka selama di Kota Kinabalu, Baehaque juga merupakan guru mereka ketika belajar di pusat pembelajaran Tomanggong.
Semasa bersekolah di SMA Kota Kinabalu, mereka selalu bercerita dan saling bertanya tentang hal yang bernama kuliah, dan tentang ketidakmungkinan mereka melanjutkan pendidikan tinggi di Malaysia dikarenakan keterbatasan dokumen dan tentunya biaya.  Tak disangka, kini menjelang SBMPTN tepatnya hari  Jumat (20/5) keempat anak yang baru saja dinyatakan lulus dari SMA dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu ini “nekat” untuk pergi ke Indonesia dengan semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bandung dan Jogja adalah kota yang mereka pilih sebagai tempat untuk mengikuti SBMPTN. Untuk tiba di lokasi, mereka harus melaui perjalanan panjang dimulai dari perjalanan sejauh … km dari distrik Pantai Barat menuju distrik Tawau di ujung timur Malaysia. Untuk menuju Nunukan, Kalimantan Utara, Indonesia, mereka tidak bisa menggunakan perahu feri komersial, ketidaklengkapan dokumen adalah masalah utama mereka. Tak jarang mereka harus menghindari pihak berwajib untuk menghindari penangkapan. Mereka memutuskan untuk melewati perbatasan Malaysia-Indonesia dengan menggunakan sebuah perahu dengan menyusuri sungai kecil, melalui sungai ini mereka berhasi lolos masuk ke Indonesia. 

Setelah tiba di Nunukan, mereka harus menempuh perjalanan berikutnya menuju Tarakan. Setelah menempuh perjalan sekitar 4 jam , akhirnya mereka tiba di Bandara Juwata. Dikarenakan tidak ada penerbangan langsng menuju Jakarta pada saat itu, mereka mengambil pesawat dengan tujuan Banjarmasin baru kemudian menggunakan pesawat yang berbeda menuju Jakarta. Dari Jakarta mereka menggunakan travel car menuju ke Bandung.
Sebelum pengembaraan mereka menuju Indonesia dimulai, orangtua mereka harus mengumpulkan uang untuk membiayai perjalanan mereka yang dapat dikatakan tidak sedikit. Bukan hanya biaya perjalanan, biaya menginap dan keperluan sehari-hari mereka pun menjadi hal yang perlu dipersiapkan. Tiba di Bandung para putra-putri Indonesia keturunan Flores Timor ini bertemu dengan salah seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bernama Putri yang dahulu pernah melakukan Program Latihan Profesi (PLP) di SIKK. Putri membantu menolong untuk mencarikan tempat tinggal, hingga mereka menemukan kamar sewa, mereka sementara tinggal menumpang di salah satu kosan kamar tempat teman Putri.
Anak-anak ladang yang penuh semangat ini berupaya maksimal agar dapat melanjutkan pendidikan melalui jalur SBMPTN.  Putri juga mencarikan teman-temannya yang dapat membimbing mereka dengan pelajaran tambahan. Para orangtua juga berpesan pada mereka agar persiapan menjelang tes harus dilakukan sebaik-baiknya agar mimpi untuk belajar di tingkat Universitas dapat terwujud. Karena kemungkinan untuk kembali ke Malaysia sangatlah kecil, dengan posisi mereka yang pada saat ini tidak memiliki dokumen yang lengkap, sudah tentu keberangkatan ke negara Malaysia menjadi sebuah hal yang tidak mudah bahkan mustahil.
Beberapa siswa sudah bertanya tentang kemungkinan mereka untuk ikut bekerja sambilan di sekitar bandung. Tentu merupakan sebuah semangat luar biasa yang patut ditiru, pergi jauh melintasi perbatasan negara dan menyusuri pulau-pulau di Indonesia, jauh dari orang tua, tidak memiliki keluarga, tidak memiliki tempat tinggal untuk mengambi kesempatan agar dapat belajar di Universitas. Semoga semangat tinggi mereka dalam meraih pendidikan tinggi dapat mengantarkan mereka menjadi seorang yang hebat kelak, dan tentunya dapat menjadi inspirasi bagi seluruh pelajar di Indonesia agar terus bersemangat untuk bersekolah meski dengan sejumlah keterbatasan. (Rahmadi Diliawan/Ulfah Siti Sanita) 




1 komentar:

  1. Trimakasih Pak Deal.. i miss u all.. wish God will blees all.. aamminn

    BalasHapus