Rabu, 23 Desember 2015

TAMPIL PADA PEMBUKAAN APKRES 2013

APKRES 2013 yang dilaksanakan pada 28-29 agustus 2013 ini merupakan sebuah hal yang memacu saya untuk bertenaga ekstra sehingga dapat bekerja lebih baik dalam mensukseskan kegiatan yang melibatkan ratusan siswa Indonesia di tanah Sabah ini.

Angklung bukanlah merupakan hal yang asing bagi saya, sekitar 9 tahun yang lalu saya mengenal Angklung  ketika menimba ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia, Alhamdulillah saya dipertemukan dengan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bernama Kabumi yang telah menjadikan saya mengenal sejumlah kesenian-kesenian asli Indonesia.
Meskipun bukan merupakan hal baru bagi saya, tetapi angklung merupakan hal baru bagi para peserta didik saya. Sebuah tantangan tersendiri untuk mengenalkan angklung pada mereka. Jujur, saya sempat bingung ketika kepala sekolah meminta saya untuk menampilkan kesenian angklung pada pembukaan APKRES 2013, kebingungan pertama adalah mengkondisikan sejumlah pemain angklung untuk berlatih menjelang pembukaan APKRES, kebingungan selanjutnya adalah saya harus mampu membuat mereka suka terhadap lagu yang tidak mereka kenal sebelumnya.
Untuk kendala yang pertama, kendala terletak pada lokasi latihan yang tidak tersedia, karena semua kelas telah diisi oleh kegiatan pembelajaran. Saya juga tidak dapat menggunakan ruang Aula SIKK, karena rekan saya Shelya sedang berlatih vokal grup di ruang tersebut. Alhasil, saya berlatih di selasar yang berada di samping aula, tempatnya cukup sempit dan banyak orang yang berlalu-lalang. “Tidak mengapa, yang penting bisa berlatih” yang ada di dalam pikiran saya pada waktu itu.
Untuk pemilihan materi yang akan disajikan pada pembukaan APKRES 2013, saya memilih untuk memberikan sajian berupa lagu berjudul “Merah Putih” karya Gombloh, dan “Manusia Biasa” karya Yovie Widyanto. Unntuk lagu terakhir saya ubah lirik lagunya sehingga cocok untuk menggambarkan keadaan siswa-siswa Indonesia di tanah Sabah.

0 komentar:

Posting Komentar